Tuesday, December 13, 2011

Sembahyangpun Kini Lewat Twitter

Sejak dibentuk pada Tahun 2006 dan Booming di awal tahun 2008 yang lalu, microblogging Twitter benar-benar menjadi salah sau stus jejaring Social yang paling unik dan mencuri perhatian dari berbagai kalangan. Tidak memandang orang kecil, orang elite, orang kere maupun orang parlente. Dari rakyat jelata, artis dunia, hingga pejabat negara, semuanya berlomba untuk eksis di situs jaringan ini.

Aktivitas sehari-hari masyarakat dunia yang biasanya dilakukan dialam nyatapun kini berlomba-lomba memindahkan aktivitas kesehariannya di jagad twitter, bahkan ada kelompok masyarakat yang membentuk Negara sendiri di situs jaringan ini dengan nama Republik Twitter.

Sebegitu hebatnyakah Hegemoni Twitter di kalangan masyarakat dunia?

Sekarang siapapun bisa menjadi artis kecil-kecilan di lingkaran jaringan Twitter. Semua berlomba menjadi eksis dan berlomba menjadi yang paling dominan. Update status Twitter yang kadang-kadang mengocak perut para Folowernya, atau kadang membuat terkagum-kagum dengan kata-kata bijaknya, atau mungkin malah menimbulkan kontroversi. Inilah dunia baru yang mana setiap rakyat di dalamnya mencoba menjadi yang terdepan, mencoba menjadi selebrita dilingkaran folowernya.

Tetapi apakah semua kondisi atau aktivtas di dunia nyata pantas untuk diperbincangkan di Twitter?

Pantaskah kiranya kita memposting kegundahan atau bahasa gaulnya anak Indonesia sekarang adalah Kegalauan hati yang sedang mendera diri kita di Twitter?

Pantaskah seseorang mengungkapkan rasa bencinya terhadap orang tuana di Twitter?
Atau hal-hal lain yang bersifat tidak baik, apakah pantas untuk diketahui oleh teman-teman kita?

Sejak kemunculannya, ada beberapa kelompok orang yang menjadikan Twitter sebagai sarana Promosi, ada juga yang menjadikan Twitter sebagai tempatnya para komunitas berkumpul dan membahas kegiatan mereka.

Beberapa siswa dan Mahasiswa yang akan menghadapi Ujian Semester atau Ujian Nasionalpun melakukan Do’a bersama di twitter.
Tidak cukupkah do’a kita hanya dilakukan di hadapan Tuhan dan hanya diketahui oleh Tuhan saja ?

Haruskah Puja-puji terhadap Tuhan diketahui oleh Twitter?
Haruskah kebencian kita terhadap sesuatu atau kepada sesorang juga diketahui oleh Twitter?

Ada pula sekelompok orang yang melakukan Upacara Kemerdekaan melalui Twitter. Sekarang bahkan ada Do’a Massal atau Dzikir massal melalui Twitter. Lantas apakah kedepanya Ibadah seperti Sembahyang atau Shalat juga bisa dilakukan melalui Twitter?

Lantas apakah setelah segala kegiatan, keluh kesah, kegundahan, kegembiraan yang kita posting di Twitter akan menjadikan hidup akan lebih baik dan lebih berarti?
Atau mungkin akan menjadi suatu kebanggaan dan lebih bermakna?

Kita sendiri yang akan menilainya. Nilai itu akan menjadi benar semua sekalipun orang lain menilai salah semua. So, keep in touch, keep twitting, keep blogging.

0 comments:

Post a Comment