Para pebisnis di Indonesia menduduki peringkat keempat dunia dengan predikat pebisnis yang menyogok untuk melancarkan bisnis perusahaannya di luar negeri. Predikat memalukan ini adalah temuan survei Transparency International (TI) tahun ini.
Sayangnya, survei ini tidak menjelaskan di negara mana saja pengusaha Indonesia ditengarai kerap memberi suap. Namun setidaknya survei ini bisa menjelaskan kebiasaan membayar suap para pengusaha Indonesia.
Dari daftar Bribery Payers Index (BPI), hasil survei yang terdiri dari 28 negara, Indonesia menempati peringkat ke-4. Posisi puncak ditempati Rusia, menyusul Cina dan Meksiko pada urutan ketiga, negara dengan indeks penyuapan tertinggi. Sedangkan posisi tiga teratas negara anti-penyuapan diduduki Belanda, Swiss, dan Belgia. Posisi teratas menunjukkan rendahnya kasus penyuapan di negara tersebut. Indonesia sendiri menduduki urutan ke-4 terbawah, tepat di atas Meksiko.
TI menyatakan, hasil ini didapat setelah mereka memungut polling pada 3 ribu pebisnis, beberapa di antaranya masuk kategori sebagai pengusaha antikorupsi. Mereka ditanyai, salah satunya mengenai seberapa sering mereka melakukan penyuapan di negara-negara lain.
Ternyata penyuapan terbanyak dilaporkan terjadi saat pengusaha ingin memenangkan kontrak pengerjaan konstruksi proyek-proyek publik. "Dalam konteks percaturan bisnis global, penyuapan dan korupsi membawa efek serius karena mempengaruhi iklim persaingan antar-pengusaha," kata mereka.
Beberapa negara berkembang lainnya juga menduduki peringkat terendah indeks antisuap, di antaranya India pada posisi ke-19 serta Brasil di posisi 14. Laporan ini juga akan diikuti tindakan negara-negara di dunia untuk menindak perusahaan yang melakukan praktek suap saat berbisnis di luar negeri. "G-20 mesti bisa menghambat praktek suap sesegera mungkin karena kondisinya sudah termasuk darurat," kata Huguette Labelle, anggota Dewan Pimpinan Ketua TI.
Survei TI juga menunjukkan penyuapan biasa dilakukan pada negara-negara dengan integritas rendah untuk membasmi korupsi. Sektor yang biasanya menjadi lahan subur penyuapan ialah pengadaan barang untuk proyek publik serta proyek yang cukup kompleks dan melibatkan banyak subkontraktor.
Proyek perumahan juga cenderung memiliki tingkat penyelewengan tinggi. Sektor bisnis yang memiliki indeks anti-penyuapan terendah ialah kontrak minyak dan gas, seperti yang terjadi di Rusia dan Cina.
Sayangnya, survei ini tidak menjelaskan di negara mana saja pengusaha Indonesia ditengarai kerap memberi suap. Namun setidaknya survei ini bisa menjelaskan kebiasaan membayar suap para pengusaha Indonesia.
Dari daftar Bribery Payers Index (BPI), hasil survei yang terdiri dari 28 negara, Indonesia menempati peringkat ke-4. Posisi puncak ditempati Rusia, menyusul Cina dan Meksiko pada urutan ketiga, negara dengan indeks penyuapan tertinggi. Sedangkan posisi tiga teratas negara anti-penyuapan diduduki Belanda, Swiss, dan Belgia. Posisi teratas menunjukkan rendahnya kasus penyuapan di negara tersebut. Indonesia sendiri menduduki urutan ke-4 terbawah, tepat di atas Meksiko.
TI menyatakan, hasil ini didapat setelah mereka memungut polling pada 3 ribu pebisnis, beberapa di antaranya masuk kategori sebagai pengusaha antikorupsi. Mereka ditanyai, salah satunya mengenai seberapa sering mereka melakukan penyuapan di negara-negara lain.
Ternyata penyuapan terbanyak dilaporkan terjadi saat pengusaha ingin memenangkan kontrak pengerjaan konstruksi proyek-proyek publik. "Dalam konteks percaturan bisnis global, penyuapan dan korupsi membawa efek serius karena mempengaruhi iklim persaingan antar-pengusaha," kata mereka.
Beberapa negara berkembang lainnya juga menduduki peringkat terendah indeks antisuap, di antaranya India pada posisi ke-19 serta Brasil di posisi 14. Laporan ini juga akan diikuti tindakan negara-negara di dunia untuk menindak perusahaan yang melakukan praktek suap saat berbisnis di luar negeri. "G-20 mesti bisa menghambat praktek suap sesegera mungkin karena kondisinya sudah termasuk darurat," kata Huguette Labelle, anggota Dewan Pimpinan Ketua TI.
Survei TI juga menunjukkan penyuapan biasa dilakukan pada negara-negara dengan integritas rendah untuk membasmi korupsi. Sektor yang biasanya menjadi lahan subur penyuapan ialah pengadaan barang untuk proyek publik serta proyek yang cukup kompleks dan melibatkan banyak subkontraktor.
Proyek perumahan juga cenderung memiliki tingkat penyelewengan tinggi. Sektor bisnis yang memiliki indeks anti-penyuapan terendah ialah kontrak minyak dan gas, seperti yang terjadi di Rusia dan Cina.
0 comments:
Post a Comment