Sunday, February 5, 2012

Wanita Besi Kaya Raya

Kantor berita Reuters hari Kamis memberitakan bahwa Gina Rinehart bisa segera menjadi perempuan terkaya dunia setelah mendapatkan kekayaan sebesar 18 miliar dollar AS dari investasi tambang dan media, menurut majalah ”Forbes” dalam daftar paling akhir orang terkaya di Australia.

Siapakah orang Australia yang kini merupakan perempuan terkaya Asia Pasifik dan dalam perjalanan menjadi perempuan terkaya dunia itu? Nama dan wajahnya tidak familier bagi publik karena dia memang menghindari sorotan media massa.

Menurut sebuah artikel di Sydney Morning Herald, Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip Oktober lalu menghadiri sebuah pesta kebun di Government House di Perth dan berkeliling menyapa yang hadir. Pangeran Philip berhenti untuk berbincang dengan seorang perempuan setengah baya yang mengenakan topi hitam dengan pinggiran lebar. Suami ratu itu ingin tahu dengan siapa dia berbicara dan menanyakan mengapa dia ada dalam daftar tamu. Perempuan itu pun menjawab, dia sekadar rakyat biasa.

Pangeran Philip bertanya lagi. Namun, perempuan itu tetap merendah dan menolak mengatakan mengapa dia ada di sana. Pangeran Philip berkomentar, mungkin karena perempuan itu punya topi paling besar di Australia Barat. Keduanya pun tertawa.

Perempuan bertopi lebar itu adalah Gina Rinehart yang menurut majalah Forbes berada pada peringkat ke-19 perempuan paling berkuasa di dunia—30 peringkat di atas Ratu Elizabeth II, dengan kekayaan yang jauh lebih daripada Ratu Inggris itu, dengan kekayaan bersih sekitar 10 miliar dollar AS.

Menurut Reuters, kekayaan perempuan pengusaha pertambangan berusia 57 tahun itu berlipat hampir dua kali setelah sebuah kesepakatan ditandatangani bulan lalu, yang akan membuat raksasa baja Korea Selatan, POSCO, mengambil 15 persen bagian dalam tambang bijih besi Roy Hill miliknya di daerah penghasil besi Pilbara, Australia Barat.

Berdasarkan kesepakatan itu, proyek tersebut bernilai 10 miliar dollar AS, meningkatkan kekayaan Rinehart secara dramatis.

Dalam beberapa tahun mendatang, Rinehart juga mempunyai rencana memperluas operasi bijih besinya dan mengembangkan dua tambang batubara.

Kalau harga komoditas bertahan, Rinehart bisa mengancam kedudukan Christy Walton, yang bernilai 24,5 miliar dollar AS, sebagai perempuan terkaya dunia, menurut Forbes.

Christy Walton adalah janda John Walton, salah seorang putra Sam Walton, pendiri jaringan toko ritel Wal-Mart.

Untuk sementara ini, Rinehart harus merasa puas sebagai perempuan terkaya wilayah Asia Pasifik berdasarkan perhitungan Forbes.

”Putri Pilbara”

Rinehart, yang terlahir sebagai Georgina Hope Hancock, adalah putri dari Lang Hancock, jutawan pertambangan yang dianggap sebagai penemu endapan raksasa bijih besi pada tahun 1950-an yang kini menjadi basis ekspor terbesar Australia.

China saja bergantung pada bijih besi Australia untuk hampir setengah dari impornya dari bahan pembuat baja itu. Jepang, Korea Selatan, serta Taiwan juga pembeli besar.

Bijih besi ditambang dari lubang- lubang raksasa mirip situs ekskavasi yang ditemukan di daerah Pilbara, kawasan seluas 500.000 kilometer persegi, yang merupakan sumber bijih besi terbesar di dunia.

Dikenal sebagai ”Putri Pilbara” karena dia anak perempuan Hancock yang dikenal sebagai ”Raja Pilbara”, Rinehart juga membangun pengaruh di beberapa perusahaan media terbesar Australia. Pekan ini Rinehart menjadi pemegang saham terbesar di Fairfax Media, perusahaan surat kabar, digital, dan radio. Dia juga memegang 10 persen saham di perusahaan saingan, Ten Network Holdings.

Rinehart baru berusia 19 tahun ketika menikah dengan Greg Milton, pemuda Inggris yang waktu itu bekerja di sebuah toko perkakas milik Hancock, tahun 1973. Milton kemudian mengubah namanya menjadi Hayward. Bersama, mereka mempunyai dua anak, John dan Bianca. Perkawinan itu tidak bertahan. Rinehart dan Hayward berpisah tahun 1979 dan bercerai tahun 1981.

Tahun 1983, Gina menikah dengan seorang pengacara pajak Amerika Serikat yang jauh lebih tua dari dia, Frank Rinehart, yang berusia 57 tahun. Mereka mempunyai dua anak, Hope dan Ginia. Frank meninggal tahun 1990.

Sebagai anak tunggal Lang Hancock, Gina dari kecil menyadari bahwa suatu hari dia akan menguasai kawasan luas kaya bahan tambang itu. ”Apakah dia sekeras Anda?” tanya seorang wartawan suatu kali kepada Hancock, yang menjawab, ”Oh, lebih keras, jauh lebih keras.”

Hubungan Gina dan ayahnya yang sangat dekat sempat memburuk saat sang ayah menikahi perempuan yang jauh lebih muda setelah ibu Gina meninggal. Hubungan mereka membaik sebelum ayahnya meninggal.

Kekerasan Gina menimbulkan pertengkaran dengan tiga anaknya yang ingin menikmati warisan kakek mereka, dengan menyingkirkan Gina dari posisi pengawas dana warisan yang dibentuk oleh Lang Hancock untuk empat cucunya. Ginia, yang bungsu, memihak ibunya.

”Yang saya inginkan adalah mengembangkan perusahaan keluarga,” kata putranya, John, hampir 10 tahun lalu. Tetapi, katanya, ibunya tak mau menyerahkan sedikit pun kontrol atas perusahaan keluarga itu.

0 comments:

Post a Comment