Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah mengatakan, di Jawa Tengah dan Yogyakarta batik telah menjadi bagian kurikulum sebagai upaya melestarikan dan memperkenalkan pada generasi muda.
"Beberapa sekolah di Solo, Yogyakarta dan daerah sekitar telah menerapkan pelajaran batik sebagai salah satu mata pelajaran sejak tahun ajaran baru pertengahan 2010. Sebagian lainnya memasukkan dalam pelajaran tambahan," kata pada penutupan Pameran Batik Indonesia 2-4 Desember 2011, di Batam, Minggu (4/12/2011).
Euis mengatakan, beberapa daerah di luar Jawa seperti Jambi, Palembang, Sumatra Barat dan Kepulauan Riau juga mulai giat mengajarkan cara membatik pada generasi muda.
"Yayasan Batik Indonesia dan beberapa lembaga lain tengah giat mengadakan pelatihan-pelatihan di berbagai daerah. Tujuannya agar generasi muda semakin menggemari batik," ucapnya.
Menurut Euis, perlu regenerasi agar batik Indonesia bisa terus lestari dan tidak hilang setelah batik tulis ditetapkan Unesco sebagai warisan budaya duni dari Indonesia.
Saat ini sebagian besar hanya generasi tua yang masih setia menekuni pembuatan batik, sementara generasi muda masih kurang berminat.
"Dengan dimasukkannya batik dalam kurikulum diharapkan akan meningkatkan minat generasi muda membuat batik, karena batik merupakan hasil karya seni, bukan buatan sekadar pabrik," kata dia.
Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun di Batam, Jumat (2/12) mengatakan industri batik diharapkan bisa tumbuh di luar Jawa.
"Pemerintah tengah berupaya agar industri batik bisa meluas keluar Jawa termasuk Batam yang berada di perbatasan yang telah ditetapkan sebagai pusat promosi batik untuk ASEAN," katanya setelah membuka Pameran Batik Indonesia.
Menurut Alex, Batam berada di tempat yang strategis dan mempunyai pasar sehingga dipilih sebagai pusat promosi batik ASEAN. "Dengan pameran ini akan tumbuh ’embrio’ sehingga industri batik akan tumbuh di Batam," kata dia.
0 comments:
Post a Comment